Selasa, 29 Mei 2012

Tinjauan Kasus; Perilaku Kekerasan


TINJAUAN KASUS

A.    Identitas Pasien
            Pengkajian dilakukan pada tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMP, pasien tinggal di mangunjiwan, demak, dan pasien dibawa ke RSJ oleh ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki, sebagai penanggung jawab dari pasien selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada tanggal 8 Desember 2008.
 
B.     Riwayat keperawatan
1.      Alasan masuk
                  Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar. Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu bangkrut tapi tidak terlaksana.
2.      Faktor predisposisi
                  Dalam keluarga sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.  Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJD Amino Gonda Hutomo Semarang, dengan gejala yang sama selama 3 minggu, kemudian sembuh. Pasien jarang control dan minum obat selama dua bulan terakhir karena pasien mengatakan malas dan jenuh dengan obat. Sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi remaja di kampong, hubungan dengan tetangga baik tetapi karena usaha dagangnya yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau, pasien jadi renggang hubunagn dengan masyarakat dan keluargapun juga renggang. Pasien jadi mudah marah dan tersinggung. Pasien mengatakan kurang lebih dua tahun lalu pernah mau menikam tapi gagal karena tidak direstui oleh orang tua kekasihnya.
3.      Faktor prespitasi
                  Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak grosir tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi mudah marah dan tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi sama pasien, meminta untuk pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien mengatakan sangat marah dan sempat memukul karena jengkel yang nagih tidak mau disemayani padahal tahu pasien tidak punya uang.
4.      Riwayat penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008)
              Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena takut biaya Rumah Sakit mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa hanya bisa buat beban keluarga, pasien juga mengatakan memukul teman seruangan karena jengkel.
1)      Tanda vital : tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit
2)      Ukur : tinggi badan : 168 cm, berat badan : 50 kg.

C.    Psikososial
1.      Genogram
 









                Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan SD. Pasien di rumah dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam pengambilan keputusan pasien selalu dimintai pendapat, dirumah yang bertanggungjawab ekonomi adalah ayahnya. Dalam keluarga pasien suka bertukar pendapat dengan orang tua dan adiknya ke-2 dan ke-3 tentang masalah pribadi / usaha pasien.
2.      Konsep Diri
a.     Gambaran Diri
            Pasien mengatakan dari semua anggota badannya disenangi, pasien mengatakan bagaimana caranya supaya cewek tertarik dan mau menikah dengan pasien.
b.     Identitas Diri
            Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha dagang, sukses dan akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja apa-apa, pasien bingung karena hutangnya banyak dan tidak bisa membayar.
c.     Peran Diri
            Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi setelah bangkrut pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak pertama tapi  tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa jadi contoh adik-adiknya, pasien merasa dirinya gagal. Dalam kegiatan masyarakat pasien mengatakan jarang ijut karena malu dengan usahanya yang bangkrut.
                   Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga Diri Rendah
d.    Ideal Diri
            Pasien mengatakan ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya, pasien ingin sukses seperti dulu agar bisa membuat bangga orang tua.
e.     Harga Diri Rendah
            Pasien mengatakan dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi bisa membantu orang tua merasa tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk berkumpul dengan masyarakat. Pasien mengatakan menyesal tidak bisa membantu orang tua tapi malah menjadi beban mereka.
                  Masalah Keperawatan: Ketidak sesuaian peran
3.      Hubungan Sosial
                              Pasien jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya.                    Di masyarakat pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan   
             warga. Di Rumah Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak  
             kenal dan malu     menceritakan tentang masalahnya    usaha yang gagal
4.      Spiritual
Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun ibadahnya.

D.    Status Mental
1.      Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor.
2.      Pembicaraan
                    Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan mata tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien agresif saat menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan “Saya orangnya memang suka ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah saya juga seperti ini.”
 Masalah Keperawatan: ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
3.      Aktivitas Motorik
                        Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah beralih. Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan sempat memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-marah dan berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
4.      Afek
                    Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya soal masalahnya.
4.Alam Perasaan
                        Pasien mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutang-hutangnya, sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit siapa yang menanggung biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak punya uang. Pasien khawatir.
5.      Interaksi Selama Wawancara
                        Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan namun tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya.
6.      Persepsi
                        Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien mengatakan sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara anak yang tidak ada wujudnya itu datang setiap pasien sedang melamun/menjelang tidur tapi sekarang pasien sudah tidak mendengar suara-suara itu lagi.
7.      Proses Fikir
                        Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang          pembicaraan tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang bangkrut.
8.      Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan tidak membebani orang tua dan keluarganya lagi.
9.      Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien terkadang kacau
10.  Memori
                        Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ±       2 tahun pernah dirawat disini karena ditinggal pacar.
11.  Tingkat konsentrasi berhitung
                        Pasien dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu berhitung “1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th.

E.     Kebutuhan persiapan pulang
1.      Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan teratur.
2.      BAK / BAB
                    Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/ BAB di tempatnya.
3.      Mandi
                    Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.
4Berpakaian
Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/ penampilan, cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli  dengan penampilannya.
4.      Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi di Rumah Sakit juga.
5.      Istirahat dan Tidur
Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah sakit pasien bisa tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB.
6.      Penggunaan Obat
Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien mengatakan jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan tidak lagi mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.

F.     Mekanisme Koping
          Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi utang dan membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak ada kesibukan kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan akhirnya pasien melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada disekitar.

Masalah Psikososial dan Lingkungan
                    Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan              orang lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.

Analisa Data
No.
Tgl/jam
Data
Problem
1
9 Januari 08
13.30 WIB
Ds : Pasien mengatakan jika kesal pengen marah dan berteriak
-     pasien mengatakan dirumah sempat memukul karena yang nagih hutang tidak mau disemayani.
-     Pasien mengatakan sejak usaha bangkrut jadi mudah marah dan tersinggung.
-     Pasien mengatakan diruangan memukul teman karena jengkel.
Do : pasien saat berbicara wajah tegang, tatapan mata tajam, menjawab dengan agresif, pembicaraan tidak fokus,  pasien diruangan berteriak-teriak, dan sempat memukul teman.
Perilaku kekerasan
2
9 Januari 08
Ds : Pasien mengatakan kalau marah bicara saya kasar, kadang sampai memukul yang ada disekitar saya.
-     pasien mengatakan : saya orangnya memang suka bicara keras dan kasar dirumah saya juga seperti ini apalagi saat jengkel.
Do : Pasien waktu bercerita wajah tegang, diruang berteriak-teriak menjawab pertanyaan agresif.
Ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif.
3
9 Januari 08
Ds : Pasien mengatakan sejak usaha bangkrut tidak bisa membantu keluarga malah membebani.
Do : Pasien menganggur dan tidak punya kerja apa-apa.
Gangguan konsep diri, harga diri rendah
4
9 Januari 08
Ds : Pasien mengatakan merasa gagal sebagai anak pertama, tidak bisa jadi contoh adik-adiknya.
Do : Pasien tidak bisa kerja dan memebntu keluarga dengan kondisinya yang sakit.
Ketidaksesuaian peran


G.    Pohon Masalah
Ketidak sesuaian
peran
Perilaku kekerasan
Ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
Gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
 

Core problem












H.    Diagnosa
  1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
  2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan ketidaksesuaian peran
Tindakan Keperawatan
Tgl
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Paraf
09-01-08
jam:09.30. wib
Perilaku kekerasan b/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
TUK : 1.2.3
-  mengucap salam
-  memperkenalkan diri
-  menanyakan nama dan panggilan yang disukai
-  menjelaskan tujuan
-  memberi kesempatan pasien bicara
-  menanyakan penyebab jengkel/marah pasien.
-  Menanyakan perasaan yang dialami pasien saat jengkel.marah
S:   pasien menjawab : nama saya N, mbak mau kita ngomong soal apa?
-  Pasien mengatakan : saya marah karena kepikiran dagangan yang bangkrut, utang yang menumpuk dan ditambah biaya Rumah Sakit ini.
-  Pasien mengatakan saat marah pikiran saya panas, bingung, jengkel, saya ingin berteriak/memukul yang ada disekitar saya, dengan begitu saya lega.
O: wajah pasien memerah, pandangan mata tajam, nada suara tinggi.
-  pasien kooperatif menjawab pertanyaan.
A: TUK 1,2,3 tercapai
-  pasien mau menyebutkan nama
-  pasien mau diajak berinteraksi/bertukar pikiran.
-  Pasien menyebutkan penyebab marahnya karena dagangan bangkrut, utang menumpuk dan biaya Rumah Sakit
-  Pasien menyebutkan tanda-tanda marahnya.
P:   - lanjut ke TUK 4,5,6
-  pasien dapat mengidentifikasi marah yang sering dilakukan.
-  Pasien dapat mengidentifikasi akibat marah.
-  Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruksi terhadap marah

10-01-08
jam:09.30
Dx. 1
TUK : 4,5,6
-  Menanyakan pasien cara marah yang biasa dilakukan.
-  Menanyakan pasien apa dengan marah yagn dilakukan dapat menyelesaiakan masalah.
-  Menanyakan apa akibat dari kemarahannya.
-  Menanyakan pasien apakah mau cara yang sehat untuk mengatasi marah.
-  Mengajarkan pasien cara sehat mengontrol marah :
1.  saat ingin marah / ingin mukul pasien bisa memukul bantal.
2.  dengan melakukan kegiatan atau mengutarakan marahnya dengan teman/orang sekitar tanpa harus berteriak atau memukul.
3.  berdoa atau tarik nafas dalam sambil mengucapkan astaghfirullah.

S:   Pasien mengatakan Kalau saya marah, pengennya berteriak dan memukul apa yang ada disekitar saya.
-  pasien mengatakan dengan marah yang saya lakukan saya hanya merasa puas tapi tidak menyelesaikan masalah
-  pasien mengatakan “kalau saya habis marah (berteriak/mukul), tenggorokan saya sakit, tangan saya sakit, orang yang saya pukl juga marah.
-  Pasien mengatakan ingin tahu cara marah sehat seperti apa.
-  Pasien mengatakan jadi saya harus belajar cara marah yang seperti mbak yanti ajarkan.
A:  TUK 4,5,6 tercapai
-  pasien mau mengutarakan marah yang biasa dilakukan
-  pasien mengatakan akibat dari marahnya.
-  Pasien mengerti dan mau belajar cara marah yang sehat.
-  TUK 4,5,6 tercapai.
O: tidak ada gerakan motorik dari wajah, kaki/ tangan pasien.
-  pasien kooperatif menjawab pertanyaan.
P:   - Lanjut ke TUK 7-9
-  Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah.
-  Pasien dapat menggunakan obat dengan benar.

11-01-08
Jam:10.30 wib
Dx. 1
TUK 7-9
-  Menyuruh pasien memilih cara yang sehat yang diajarkan untuk mengontrol marah.
-  Menyuruh pasien mendemonstrasikan cara yang dipilih untuk mengontrol marah.
-  Menjelaskan manfaat minum obat
-  Menjelaskan kapan waktu minum obat.
-  Menjelaskan dosis jenis obat yang harus pasien minum sesuai kebutuhan.


S:   pasien mengatakan saya akan memilih cara marah yang sehat dengan memukul bantal.
-  pasien mengatakan jadi obat yang harus saya minum jambon dan putih,saya akan minum obat rutin dan tepat waktu pagi, sore, malam, saya ingin cepat sembuh dan tidak marah-marah lagi.
O:  pasien mendemonstrasikan cara marah dengan memukul bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
-  Pasien mau mendemonstrasikan  salah satu marah yang sehat yang telah diajarkan
-  Pasien mengerti manfaat , jenis dan waktu kapan pasien harus minum obat.
P:   - Lanjut ke TUK 8
-  Pasien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol marah.

12-01-08
jam:08.30
Gangguan konsep diri harga diri rendah
TUK 1,2,3
-  membina hubungan saling percaya
-  menanyakan kemampuan positif yang dimiliki di rumah
-  menanyakan kemampuan dan mendiskusikan kemampuan positif  yang dapat digunakan di Rumah Sakit.
S:   pasien mengatakan dirumah suka bersih-bersih, nyapu, nyuci baju, kadang saya suka adzan di masjid.
-     pasien mengatakan dirumah sakit kadang saya nyapu, Bantu mbak perawat nyapu dan merapikan tempat tidur.
O: pasien pagi-pagi membantu perawat merapikan tempat tidur.
-    pasien mencatat kegiatan yang dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
-    pasien mau mengungkapkan kemampuan yang dapat digunakan dirumah dan di Rumah Sakit.
P:   - lanjut TUK 4, 5, 6
-  pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai jadwal.
-  Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit.
-  Pasien dapat dukungan dari keluarga
-  Mendelegasikan TUK 4,5,6 pada poerawat jaga

13-01-08
jam:10.30
Dx. 1
TUK 8
-  menanyakan keluarga bagaimana kemampuan keluarga dari sikap yang telah dilakukan dirumah Menjelaskan tanda pasien marah :
1.  mata melotot
2.  muka merah
3.  tangan mengepal/ ada gerakan pad muka yang menunjukkan permusuhan.
4.  nada suara tinggi

-  melatih keluarga cara mengajari pasien marah yang sehat dengan :
1.  memberikan kegiatan
2.  latih untuk ambil nafas dalam
3.  menyuruh pasien mengutarakan marah dan apa penyebabnya.
4.  menyuruh pasien berdoa dengan membaca istighfar
5.  menyuruh melampiaskan marah dengan memukul bantal.

-  Menganjurkan pada keluarga memilih cara melatih anak marah dan membantu keluarga mendemonstrasikan.
-  Mengajurkan pada keluarga untuk mengawasi pasien rutin minum obat.

S:   keluarga mengatakan saat pasien marah sikap keluarga hanya mendiamkan, kadang ikut memarahi pasien.
-  keluarga mengatakan “tanda marah yang mbak jelaskan tadi persis dengan tanda saat anak saya mau marah, muka merah, mata melotot, suara kasar, kadang sampai memukul”.
-  Keluarga mengatakan “jadi mbak, kalo nanti anak saya marah, saya tidak boleh mendiamkan / marah, tapi harus mengajari anak saya marah yang sehat seperti yang mbak ajarkan.
-  Keluarga mengatakan “saya ingin mencoba bagaimana cara menanyakan sebab anak marah.
-  Keluarga mengatakan “anak saya disini marah karena ingin pulang dan takut biaya Rumah Sakit mahal.
-  Keluarga mengatakan “saya akan selalu mengawasi anak saya rutin minum obat.
O: keluarga kooperatif
-  keluarga mendemonstrasikan cara menanyakan penyebab anak marah.
A:  TUK 8 tercapai
-  keluarga mengungkapkan sikap yang dilakukan saat anak marah.
-  Keluarga memilih dan mendemonstrasikan cara marah yang sehat kepada anaknya.
P:  - keluarga dapat mendemonstrasikancara lain yang diajarkan untuk melatih anak cara marah yang sehat.
-    lanjut ke-TUK 10
pasien dapat dukungan dari lingkungan untuk mengontrol marah
-    mendelegasikan TUK 10 ke perawat jaga.




EVALUASI
                    .Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada  tanggal 13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari keluarga.. Data subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien bagaimana cara marah yang sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan marahnya, dan keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak akan mendiamkan dan memarahi tetapi akan mengajarkan bagaimana marh yang sehat . keluarga mengatakan senang bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif dan tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif, kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang membuatnya marah.
                    Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada tanggal 11- 01- 2008, sedangkan padaTUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai intervensi kemudian mendekegasikan keperawat jaga. 

        Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri raendah dilakukan evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu  Pasien mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan kemampuan yang dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien mengatakan di rumah saya suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di masjid,sedangkan di rumah sakit pasien kadang menyapu dan membantu perawat merapikan tempat tidur. Data obyektif yang di dapat pagi- pagi rasien memabantu perawat merapikan tempat tidur, pasien mencatat kegiatan yang dapat dilakukan druamah dan di rumah salit. Pada TUK 4, 5, 6 perawat tidak  menyelesaikan sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga


















DAFTAR PUSTAKA


Keliat Budi Ana, 1996, Hubungan Therapeutik Perawat pasien. EGC Jakarta

Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina, 1992, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, Arcan Jakarta

Stuart and Sundeen, SJ, 1991, Principle and Practive of Psychiatrik Nursing, Masby Year Book, St. Louis

Towsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa, Novi Helena C Daulian, EGC, Jakarta

Harold Caplan, M.D, 1994, Psikiatric Clinik, Binakarsa, Jakarta

Stuart, G. W and Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 alih bahasa : Achiryani S hamid, D. N. Sc. EGC Jakarta.

Harnawatiaj, 2008, ¶ 3,http://www.gayahidupsehat.online.com.27Januari2008
Carpenito, L.J. (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik, Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC

Maramis, W.K. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Rajiman, W. (2003). Pedoman Penulisan Laporan dan Strategi Pelaksanaan, Malang: Dep Kes RI.

Suliswati, (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Townsend, M.C. (1999), Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa Bandung: Rafika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar