TINJAUAN KASUS
A. Identitas
Pasien
Pengkajian dilakukan pada
tanggal 9-01-2008 di ruang VII (Hudowo) RSJ Amino Gondohutomo Semarang, dengan
diagnosa medik : skizofrenia tak terinci. Pasien bernama Tn. N, umur 23 tahun,
jenis kelamin laki-laki, pendidikan pasien SMP, pasien tinggal di mangunjiwan,
demak, dan pasien dibawa ke RSJ oleh ayahnya, Tn. M, jenis kelamin laki-laki,
sebagai penanggung jawab dari pasien selama dirawat di RSJ, pasien masuk pada
tanggal 8 Desember 2008.
B. Riwayat
keperawatan
1. Alasan
masuk
Menurut keterangan
keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke RSJ karena dirumah,
pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar. Keluarga mengatakan pasien
punya keinginan membuka usaha yang dulu bangkrut tapi tidak terlaksana.
2. Faktor
predisposisi
Dalam keluarga
sebelumnya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien pernah
dirawat di RSJD Amino Gonda Hutomo Semarang ,
dengan gejala yang sama selama 3 minggu, kemudian sembuh. Pasien jarang control
dan minum obat selama dua bulan terakhir karena pasien mengatakan malas dan
jenuh dengan obat. Sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan organisasi
remaja di kampong, hubungan dengan tetangga baik tetapi karena usaha dagangnya
yang bangkrut kurnag lebih 1 tahun lau, pasien jadi renggang hubunagn dengan
masyarakat dan keluargapun juga renggang. Pasien jadi mudah marah dan
tersinggung. Pasien mengatakan kurang lebih dua tahun lalu pernah mau menikam
tapi gagal karena tidak direstui oleh orang tua kekasihnya.
3. Faktor
prespitasi
Kurang lebih
satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak grosir tapi pasien
belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi mudah marah dan tersinggung.
Sehari yang lalu yang nagih datang lagi sama pasien, meminta untuk pasien
melunasi hutang-hutangnya. Pasien mengatakan sangat marah dan sempat memukul
karena jengkel yang nagih tidak mau disemayani padahal tahu pasien tidak punya
uang.
4.
Riwayat
penyakit sekarang (tanggal 9 desember 2008)
Pasien mengatakan bingung, pengen pulang karena
takut biaya Rumah Sakit mahal. Pasien mengatakan ingin marah, kenapa
hanya bisa buat beban keluarga, pasien juga mengatakan memukul teman seruangan
karena jengkel.
1) Tanda
vital : tekana darah : 110/70 mmHg, nadi : 80 kali/menit
2)
Ukur
: tinggi badan : 168 cm, berat badan : 50 kg.
C. Psikososial
1. Genogram
Pasien
merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, pasien mempunyai 4 adik, 2 sudah
bekerja dan yang 2 lagi perempuan, yang satu SMA dan SD. Pasien di rumah
dididik secara baik oleh orang tuanya. Dalam pengambilan keputusan pasien
selalu dimintai pendapat, dirumah yang bertanggungjawab ekonomi adalah ayahnya.
Dalam keluarga pasien suka bertukar pendapat dengan orang tua dan adiknya ke-2
dan ke-3 tentang masalah pribadi / usaha pasien.
2. Konsep
Diri
a. Gambaran
Diri
Pasien mengatakan
dari semua anggota badannya disenangi, pasien mengatakan bagaimana caranya
supaya cewek tertarik dan mau menikah dengan pasien.
b. Identitas
Diri
Pasien mengatakan
tahu bahwa dirinya laki-laki dan pasien adalah anak pertama dari 5 bersaudara.
Pasien mengatakan dulu punya usaha dagang, sukses dan akhirnya bangkrut,
sekarang pasien tidak bisa kerja apa-apa, pasien bingung karena hutangnya
banyak dan tidak bisa membayar.
c. Peran
Diri
Pasien sebelum
gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi setelah bangkrut pasien tidak
punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak pertama tapi tidak bisa Bantu orang tua. Pasien merasa
tidak bisa jadi contoh adik-adiknya, pasien merasa dirinya gagal. Dalam
kegiatan masyarakat pasien mengatakan jarang ijut karena malu dengan usahanya
yang bangkrut.
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsp Diri;Harga
Diri Rendah
d. Ideal
Diri
Pasien mengatakan
ingin lagi bisa membangun usaha dagangnya, pasien ingin sukses seperti dulu
agar bisa membuat bangga orang tua.
e. Harga
Diri Rendah
Pasien mengatakan
dengan usahanya yang bangkrut dan tidak lagi bisa membantu orang tua merasa
tidak layak sebagai kakak dan sungkan untuk berkumpul dengan masyarakat. Pasien
mengatakan menyesal tidak bisa membantu orang tua tapi malah menjadi beban
mereka.
Masalah Keperawatan: Ketidak
sesuaian peran
3. Hubungan
Sosial
Pasien
jika ada masalah sering cerita dengan ibu dan adik pertamanya. Di
masyarakat pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan
warga. Di Rumah Sakit lebih
banyak memisahkan diri karena merasa tidak
kenal dan malu menceritakan
tentang masalahnya usaha yang gagal
4. Spiritual
Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat
tekun ibadahnya.
D. Status
Mental
1. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, rambut gondrong dan kotor.
2. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien
bicara tiba-tiba keras, tatapan mata tajam, pasien mengatakan jengkel saat
ditanya masalahnya, pasien agresif saat menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan
“Saya orangnya memang suka ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di
rumah saya juga seperti ini.”
Masalah Keperawatan:
ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
3. Aktivitas
Motorik
Kontak
mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak focus / mudah beralih. Sebelum
dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan sempat memukul
temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-marah dan berteriak kadang
mukul dan ada disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Prilaku
Kekerasan
4. Afek
Afek pasien sesaat
stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat ditanya soal masalahnya.
4.Alam Perasaan
Pasien
mengatakan bingung dan pusing bagaimana bisa membayar hutang-hutangnya,
sedangkan dirumah menganggur, apalagi sekarang saya sakit siapa yang menanggung
biaya Rumah Sakit, saya tidak bekerja dan tidak punya uang. Pasien khawatir.
5. Interaksi
Selama Wawancara
Kontak mata ada,
wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan namun tiba-tiba bicara
pasien kasar saat ditanya masalahnya.
6. Persepsi
Kurang
lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien mengatakan sering
mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara anak yang tidak ada wujudnya
itu datang setiap pasien sedang melamun/menjelang tidur tapi sekarang pasien
sudah tidak mendengar suara-suara itu lagi.
7. Proses
Fikir
Pembicaraan
pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang pembicaraan tentang
masalah pasien yaitu tentang usahanya yang bangkrut.
8. Isi
FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin sekali
membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan tidak membebani orang
tua dan keluarganya lagi.
9. Tingkat
Kesadaran
Pembicaraan pasien terkadang kacau
10. Memori
Pasien dapat
mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2 tahun pernah dirawat disini
karena ditinggal pacar.
11. Tingkat
konsentrasi berhitung
Pasien
dapat berkonsentrasi terhadap pertanyaan yang diajukan pasien mampu berhitung
“1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. pasien mengatakan umurnya 23 th.
E. Kebutuhan
persiapan pulang
1. Makan
Dirumah pasien mau makan tanpa disuruh, di SRJ pasien makan
teratur.
2. BAK
/ BAB
Dirumah pasien
BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/ BAB di tempatnya.
3. Mandi
Pasien mengatakan
dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa disuruh.
4Berpakaian
Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/
penampilan, cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli dengan penampilannya.
4. Kebersihan
Diri
Pasien mandi rutin
tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau gosok gigi di Rumah
Sakit juga.
5. Istirahat
dan Tidur
Dirumah pasien jarang bisa tidur lebih suka melamun, dirumah
sakit pasien bisa tidur malam saja jam 22.00 s/d 05.30 WIB.
6. Penggunaan
Obat
Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien
mengatakan jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan tidak lagi
mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.
F. Mekanisme
Koping
Pasien mengatakan ingin bisa
usaha dagang lagi agar bisa melunasi utang dan membantu orang tua, pasien
mengatakan saat di rumah karena tidak ada kesibukan kerja, pasien bingung dan
marah-marah, pikiran panas dan akhirnya pasien melampiaskan dengan teriak /
memukul apa yang ada disekitar.
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan
setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang
lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.
Analisa Data
No.
|
Tgl/jam
|
Data
|
Problem
|
1
|
9 Januari 08
13.30 WIB
|
Ds : Pasien
mengatakan jika kesal pengen marah dan berteriak
- pasien
mengatakan dirumah sempat memukul karena yang nagih hutang tidak mau disemayani.
- Pasien
mengatakan sejak usaha bangkrut jadi mudah marah dan tersinggung.
- Pasien
mengatakan diruangan memukul teman karena jengkel.
Do : pasien
saat berbicara wajah tegang, tatapan mata tajam, menjawab dengan agresif,
pembicaraan tidak fokus, pasien
diruangan berteriak-teriak, dan sempat memukul teman.
|
Perilaku kekerasan
|
2
|
9 Januari 08
|
Ds : Pasien
mengatakan kalau marah bicara saya kasar, kadang sampai memukul yang ada
disekitar saya.
- pasien
mengatakan : saya orangnya memang suka bicara keras dan kasar dirumah saya
juga seperti ini apalagi saat jengkel.
Do : Pasien
waktu bercerita wajah tegang, diruang berteriak-teriak menjawab pertanyaan
agresif.
|
Ketidakmampuan mengungkapkan
marah secara asertif.
|
3
|
9 Januari 08
|
Ds : Pasien
mengatakan sejak usaha bangkrut tidak bisa membantu keluarga malah membebani.
Do : Pasien
menganggur dan tidak punya kerja apa-apa.
|
Gangguan konsep diri, harga
diri rendah
|
4
|
9 Januari 08
|
Ds : Pasien
mengatakan merasa gagal sebagai anak pertama, tidak bisa jadi contoh adik-adiknya.
Do : Pasien
tidak bisa kerja dan memebntu keluarga dengan kondisinya yang sakit.
|
Ketidaksesuaian peran
|
G. Pohon
Masalah
Ketidak sesuaian
peran
|
Perilaku
kekerasan
|
Ketidakmampuan
mengungkapkan marah secara asertif
|
Gangguan konsep diri
:
Harga diri rendah
|
Core
problem
|
H. Diagnosa
- Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan ketidaksesuaian peran
Tindakan Keperawatan
Tgl
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
jam:09.30. wib
|
Perilaku kekerasan b/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara asertif
|
TUK : 1.2.3
-
mengucap salam
-
memperkenalkan diri
- menanyakan nama dan panggilan yang
disukai
-
menjelaskan tujuan
-
memberi kesempatan pasien bicara
-
menanyakan penyebab jengkel/marah pasien.
- Menanyakan perasaan yang dialami pasien
saat jengkel.marah
|
S: pasien menjawab : nama saya N, mbak mau kita ngomong soal apa?
- Pasien mengatakan : saya marah karena
kepikiran dagangan yang bangkrut, utang yang menumpuk dan ditambah biaya
Rumah Sakit ini.
- Pasien mengatakan saat marah pikiran
saya panas, bingung, jengkel, saya ingin berteriak/memukul yang ada disekitar
saya, dengan begitu saya lega.
O: wajah pasien memerah,
pandangan mata tajam, nada suara tinggi.
- pasien
kooperatif menjawab pertanyaan.
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien
mau menyebutkan nama
- pasien
mau diajak berinteraksi/bertukar pikiran.
- Pasien
menyebutkan penyebab marahnya karena dagangan bangkrut, utang menumpuk dan
biaya Rumah Sakit
- Pasien menyebutkan tanda-tanda marahnya.
P: - lanjut ke TUK 4,5,6
- pasien dapat mengidentifikasi marah yang
sering dilakukan.
- Pasien
dapat mengidentifikasi akibat marah.
- Pasien dapat mengidentifikasi cara
konstruksi terhadap marah
|
|
jam:09.30
|
Dx. 1
|
TUK : 4,5,6
-
Menanyakan pasien cara marah yang biasa
dilakukan.
-
Menanyakan pasien apa dengan marah yagn
dilakukan dapat menyelesaiakan masalah.
- Menanyakan apa akibat dari kemarahannya.
- Menanyakan pasien apakah mau cara yang
sehat untuk mengatasi marah.
- Mengajarkan pasien cara sehat mengontrol
marah :
1.
saat
ingin marah / ingin mukul pasien bisa memukul bantal.
2.
dengan
melakukan kegiatan atau mengutarakan marahnya dengan teman/orang sekitar
tanpa harus berteriak atau memukul.
3.
berdoa
atau tarik nafas dalam sambil mengucapkan astaghfirullah.
|
S: Pasien mengatakan Kalau saya marah, pengennya berteriak dan
memukul apa yang ada disekitar saya.
- pasien mengatakan dengan marah yang saya
lakukan saya hanya merasa puas tapi tidak menyelesaikan masalah
- pasien mengatakan “kalau saya habis
marah (berteriak/mukul), tenggorokan saya sakit, tangan saya sakit, orang
yang saya pukl juga marah.
- Pasien mengatakan ingin tahu cara marah
sehat seperti apa.
- Pasien mengatakan jadi saya harus
belajar cara marah yang seperti mbak yanti ajarkan.
A: TUK 4,5,6 tercapai
- pasien mau mengutarakan marah yang biasa
dilakukan
- pasien
mengatakan akibat dari marahnya.
- Pasien
mengerti dan mau belajar cara marah yang sehat.
- TUK
4,5,6 tercapai.
O: tidak ada gerakan motorik dari wajah, kaki/ tangan pasien.
- pasien
kooperatif menjawab pertanyaan.
P: - Lanjut ke TUK 7-9
- Pasien
dapat mendemonstrasikan cara mengontrol marah.
- Pasien dapat menggunakan obat dengan
benar.
|
|
11-01-08
Jam:10.30 wib
|
Dx. 1
|
TUK 7-9
- Menyuruh pasien memilih cara yang sehat
yang diajarkan untuk mengontrol marah.
-
Menyuruh
pasien mendemonstrasikan cara yang dipilih untuk mengontrol marah.
-
Menjelaskan manfaat minum obat
-
Menjelaskan kapan waktu minum obat.
-
Menjelaskan dosis jenis obat yang harus pasien
minum sesuai kebutuhan.
|
S: pasien mengatakan saya akan
memilih cara marah yang sehat dengan memukul bantal.
- pasien
mengatakan jadi obat yang harus saya minum jambon dan putih,saya akan minum
obat rutin dan tepat waktu pagi, sore, malam, saya ingin cepat sembuh dan
tidak marah-marah lagi.
O: pasien mendemonstrasikan
cara marah dengan memukul bantal.
A: TUK 7-9 tercapai
- Pasien
mau mendemonstrasikan salah satu marah
yang sehat yang telah diajarkan
- Pasien mengerti manfaat , jenis dan
waktu kapan pasien harus minum obat.
P: - Lanjut ke TUK 8
- Pasien
dapat dukungan keluarga untuk mengontrol marah.
|
|
12-01-08
jam:08.30
|
Gangguan konsep diri harga diri
rendah
|
TUK 1,2,3
-
membina hubungan saling percaya
-
menanyakan kemampuan positif yang dimiliki di
rumah
-
menanyakan kemampuan dan mendiskusikan
kemampuan positif yang dapat digunakan
di Rumah Sakit.
|
S: pasien mengatakan dirumah suka bersih-bersih, nyapu, nyuci baju,
kadang saya suka adzan di masjid.
-
pasien mengatakan dirumah sakit kadang saya
nyapu, Bantu mbak perawat nyapu dan merapikan tempat tidur.
O: pasien pagi-pagi membantu
perawat merapikan tempat tidur.
- pasien
mencatat kegiatan yang
dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau mengungkapkan
kemampuan yang dapat digunakan dirumah dan di Rumah Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5, 6
- pasien
dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai jadwal.
- Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi sakit.
- Pasien
dapat dukungan dari keluarga
- Mendelegasikan TUK 4,5,6 pada poerawat
jaga
|
|
13-01-08
jam:10.30
|
Dx. 1
|
TUK 8
-
menanyakan keluarga bagaimana kemampuan
keluarga dari sikap yang telah dilakukan dirumah Menjelaskan tanda pasien
marah :
1. mata
melotot
2. muka
merah
3. tangan
mengepal/ ada gerakan pad muka yang menunjukkan permusuhan.
4. nada
suara tinggi
-
melatih keluarga cara mengajari pasien marah
yang sehat dengan :
1. memberikan
kegiatan
2. latih
untuk ambil nafas dalam
3. menyuruh
pasien mengutarakan marah dan apa penyebabnya.
4.
menyuruh
pasien berdoa dengan membaca istighfar
5.
menyuruh
melampiaskan marah dengan memukul bantal.
-
Menganjurkan pada keluarga memilih cara
melatih anak marah dan membantu keluarga mendemonstrasikan.
- Mengajurkan pada keluarga untuk
mengawasi pasien rutin minum obat.
|
S: keluarga mengatakan saat pasien marah sikap keluarga hanya
mendiamkan, kadang ikut memarahi pasien.
- keluarga mengatakan “tanda marah yang
mbak jelaskan tadi persis dengan tanda saat anak saya mau marah, muka merah,
mata melotot, suara kasar, kadang sampai memukul”.
- Keluarga mengatakan “jadi mbak, kalo
nanti anak saya marah, saya tidak boleh mendiamkan / marah, tapi harus
mengajari anak saya marah yang sehat seperti yang mbak ajarkan.
- Keluarga mengatakan “saya ingin mencoba
bagaimana cara menanyakan sebab anak marah.
- Keluarga mengatakan “anak saya disini
marah karena ingin pulang dan takut biaya Rumah Sakit mahal.
- Keluarga mengatakan “saya akan selalu
mengawasi anak saya rutin minum obat.
O: keluarga kooperatif
- keluarga
mendemonstrasikan cara menanyakan penyebab anak marah.
A: TUK 8 tercapai
- keluarga
mengungkapkan sikap yang dilakukan saat anak marah.
- Keluarga
memilih dan mendemonstrasikan cara marah yang sehat kepada anaknya.
P: - keluarga dapat
mendemonstrasikancara lain yang diajarkan untuk melatih anak cara marah yang
sehat.
- lanjut ke-TUK 10
pasien dapat dukungan dari lingkungan
untuk mengontrol marah
- mendelegasikan TUK 10 ke perawat
jaga.
|
|
EVALUASI
.Pada
diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada tanggal 13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8
klien dapat dukungan dari keluarga.. Data subyektif yang di dapat keluarga mau
mengajarkan pasien bagaimana cara marah yang sehat dengan menanyakan apa yang
mengakibatkan marahnya, dan keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak
akan mendiamkan dan memarahi tetapi akan mengajarkan bagaimana marh yang sehat
. keluarga mengatakan senang bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti
masalah yang dihadapi pasien Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif
dan tersenyum, keluarga mau mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di
dapat pada pasien yaitu pasien tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif,
kontak mata ada. pasien mengungkapkan masalah yang membuatnya marah.
Pada
TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan rada tanggal
11- 01- 2008, sedangkan padaTUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai intervensi
kemudian mendekegasikan keperawat jaga.
Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga
diri raendah dilakukan evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK
1,2,3 yaitu Pasien mengungkapkan
kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan kemampuan yang dapat di
lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien mengatakan di rumah saya
suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di masjid,sedangkan di rumah sakit
pasien kadang menyapu dan membantu perawat merapikan tempat tidur. Data
obyektif yang di dapat pagi- pagi rasien memabantu perawat merapikan tempat
tidur, pasien mencatat kegiatan yang dapat dilakukan druamah dan di rumah salit.
Pada TUK 4, 5, 6 perawat tidak
menyelesaikan sesuai intervensi kemudian mendelegasikan ke perawat jaga
DAFTAR PUSTAKA
Keliat
Budi Ana, 1996, Hubungan Therapeutik
Perawat pasien. EGC Jakarta
Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina, 1992, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, Arcan
Jakarta
Stuart and Sundeen, SJ, 1991, Principle and Practive of Psychiatrik Nursing, Masby Year Book, St. Louis
Towsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa, Novi Helena C
Daulian, EGC, Jakarta
Harold Caplan, M.D, 1994, Psikiatric Clinik, Binakarsa, Jakarta
Stuart, G. W and Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 alih
bahasa : Achiryani S hamid, D. N. Sc. EGC Jakarta.
Harnawatiaj,
2008, ¶
3,http://www.gayahidupsehat.online.com.27Januari2008
Carpenito, L.J. (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik,
Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 Jakarta: EGC
Maramis, W.K. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Rajiman, W. (2003). Pedoman Penulisan Laporan dan Strategi Pelaksanaan, Malang: Dep Kes RI.
Suliswati, (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Townsend, M.C. (1999), Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa Bandung: Rafika Aditama
Maramis, W.K. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Rajiman, W. (2003). Pedoman Penulisan Laporan dan Strategi Pelaksanaan, Malang: Dep Kes RI.
Suliswati, (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Townsend, M.C. (1999), Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa Bandung: Rafika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar