KONSEP
DASAR
GLOMERULO
NEFRITIS AKUT (GNA)
A. PENGERTIAN
Glomerulo Nefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai dengan
peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai filtrasi cairan tubuh
dan sisa-sisa pembuangan. (Suriadi, dkk, 2001)
Glomerulo Nefritis adalah sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen.
(Engran, Barbara, 1999)
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis ginjal
terhadap bakteri / virus tertentu. (Ngastiyah, 2005)
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan
yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di
glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001)
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang paling sering
pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab spesifik adalah infeksi
streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999)
B. ETIOLOGI
Penyebab
Glomerulo Nefritis Akut adalah:
1. Adanya infeksi ekstra renal terutama
disaluran napas bagian atas atau kulit oleh kuman streptokokus beta hemolyticus
golongan A, tipe 12, 16, 25, dan 49).
2. Sifilis
3. Bakteri dan virus
4. Keracunan (Timah hitam, tridion)
5. Penyakit Amiloid
6. Trombosis vena renalis
7. Penyakit kolagen
C. PATOFISIOLOGI
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebukan
lekosit dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein
plasma dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan
sebagai suatu respon imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan antibodi
dengan mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk
imun kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan kerusakan
dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah menjadi mengecil yang mana
akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi renal dan perubahan
permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam
urine (proteinuria).
Skema Proses:
Infeksi (Streptokokus A)
Migrasi sel-sel radang ke dalam glomerular
Pembentukan kompleks antigen-antibodi
dalam dinding kapiler
Deposit complement dan anttracs
netrofil dan monosit
Enzim lysosomal merusak Fibrinogen
dan plasma protein lain
membran dasar glomerular bermigrasi melalui
dinding sel,
Meningkatkan permeabilitas manifestasi klinis:
proteinuria
dinding glomerular
Eritrosit bermigrasi melalui dinding sel
yang rusak
Manifestasi: hematuria
Proliferasi sel dan fibrin yang
terakumulasi dalam
kapsula bawmans
Menurunnya perfusi kapiler glomerular
Manifestasi klinis: retensi cairan dan
meningkatnya BUN dan kreatinin
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Hematuria (urine berwarna merah
kecoklat-coklatan)
2. Proteinuria (protein dalam urine)
3. Oliguria (keluaran urine berkurang)
4. Nyeri panggul
5. Edema, ini cenderung lebih nyata pada
wajah dipagi hari, kemudian menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari
(edema sedang mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak
dengan baik).
6. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi,
tetapi dapat terjadi tinggi sekali pada hari pertama.
7. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak
dengan GNA pada hari pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama
juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah akan tetap
tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen jika keadaan penyakitnya
menjadi kronik.
8. Dapat timbul gejala gastrointestinal
seperti muntah, tidak nafsu makan, dan diare.
9. Bila terdapat ensefalopati hipertensif
dapat timbul sakit kepala, kejang dan kesadaran menurun.
10. Fatigue (keletihan atau kelelahan)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laju Endap Darah (LED) meningkat
2. Kadar Hb menurun sebagai akibat
hipervolemia (retensi garam dan air)
3. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin
darah meningkat bila fungsi ginjal mulai menurun.
4. Jumlah urine berkurang
5. Berat jenis meninggi
6. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 %
pasien.
7. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit
(++), leukosit (+), silinder leukosit dan hialin.
8. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya
meningkat jika ditemukan infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus
yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
9. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan
bagian atas untuk identifikasi mikroorganisme.
10. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika
dilakukan kemungkinan temuan adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap
glomerulus dan tonjolan subepitel yang mengandung imunoglobulin dan komplemen.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi
glomerulonefritis akut:
1. Oliguri sampai anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia,
hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang
terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila
perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala
serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan,
pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh
darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu,
ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan
darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan
oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal
jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya
hipervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
5. Gagal Ginjal Akut (GGA)
G. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
a. Tirah baring diperlukan untuk anak dengan
hipertensi dan edema dan terutama untuk mereka dengan tanda ensefalopati dan
kegagalan jantung. Tirah baring dianjurkan selama fase akut sampai urin
berwarna jernih dan kadar kreatinin dan tekanan darah kembali normal. Lama
tirah baring dapat ditentukan dengan mengkaji urin pasien. Kasus ringan dengan
tekanan darah normal dan sedikit edema dapat diberikan aktivitas terbatas
tetapi tidak boleh masuk sekolah karena aktivitas yang berlebihan dapat
meningkatkan proteinuria dan hematuria.
b. Cairan. Masukan cairan biasanya dibatasi
jika keluaran urin rendah. Pada beberapa unit dibatasi antara 900 dan 1200 ml
per hari. Separuh dari masukan cairan dapat berupa susu dan separuh lainnya
air. Sari buah asli harus dihindari karena mereka mengandung kalium yang
tinggi. Ini merupakan hal yang penting keluaran urinarius kurang dari 200
sampai 300 ml per hari karena bahaya retensi kalium.
c. Diit
Jika
terjadi diuresis dan hipertensi telah hilang, makanan seperti roti,
buah-buahan, kentang dan sayur-sayuran dapat diberikan. Garam dibatasi (1
g/hari) hingga hipertensi dan edema menurun. Protein dibatasi (1 g/kgBB/hari)
jika nitrogen urea darah meningkat dan sementara hematuria ditemukan. Jika
hematuria mikroskopik, masukan protein dapat dimulai kembali atau ditingkatkan.
d. Pertimbangan harian sebagai indikasi
peningkatan atau penurunan edema.
e. Pentatatan tekanan darah
f. Uji urine harian untuk darah dan protein
(kualitatif dan kuantitatif)
g. Dukungan bagi orang tua. Ini termasuk pengenalan
kecemasan mereka dan mengurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang
adekuat mengenai kondisi dan kemajuan yang dialami anak. Orang tua menginginkan
informasi mengenai derajat keterlibatan ginjal dan gambaran masa depan.
Bimbingan harus diberikan mengenai penyembuhan tindak lanjut dan pencegahan
infeksi streptokokus.
2. Medis
a. Pemberian penisilin pada fase akut (baik
secara oral atau intramuskuler). Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi
beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi
streptokokus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk
10 hari. Pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap
kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis
anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini
sangat kecil.
b. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian
cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin
dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgBB secara
intamuskuler. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian
resepin peroral dengan dosis rumat 0,03 mg/kgBB/hari. Magnesium sulfat
parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.
c. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari)
maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya.
d. Diuretikum dulu tidak diberikan pada
glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian furosamid (lasix)
secara intravena (1 mg/kgBB/hari) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Bila timbul gagal jantung, diberikan
dialisis, sedativum dan oksigen.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GLOMERULO
NEFRITIS AKUT (GNA)
1. PENGKAJIAN
- Identitas Anak :
Nama
: An. A
Umur
: 11 Tahun
Jenis
kelamin : Perempuan
BB
: 40 Kg
TB : 155 Cm
Agama
: I s l a m
Suku/
Bangsa : Banjar / Indonesia
Alamat
lengkap : Komp. Melati
Tanggal
Masuk RS : 31 Juli 2006 Jam : 19 . 10
No.
Regester : 3258 / 06
Diagnosa
modik : D C A
Tanggal
pengkajian : 2 Agustus 2006
- Identitas Penanggung Jawab :
Nama
: Tn. A
Jenis
kelamin : Laki – laki
Pendidikan
:
S M A
Pekerjaan
; Swasta
Suku
/ bangsa : Banjar / Indonesia
Alamat : Komp.
Melati
Hub.
dengan klien : Ayah Kandung
- Riwayat Kesehatan Pasien
1.
Keluhan
Utama
Pasien kejang
2.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengalami penurunan kesadaran setibanya di rumah sakit Menurut keluarga pasien seminggu
sebelum masuk rumah sakit (SMRS) penderita mengalami batuk pilek dan
sakit kulit yaitu gatal-gatal di seluruh tubuh. Penderita mengeluh nafsu makan
menurun. Bersamaan dengan itu penderita mengeluh ketika buang air kecil
berwarna merah seperti cucian daging. Tidak ada keluhan buang air besar.
3.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
Menurut keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
seperti sekarang ini. Biasanya pasien hanya sakit seperti demam dan batuk dan
di beri obat penurun panas yang di beli di warung atau toko obat.
4.
Riwayat
kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti
ini. Dalam keluarga Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dan penyakit
menular.
- Riwayat Anak
1.
Masa
prenatal
Selama kehamilan ibu memeriksakan kandunganya ke Puskesmas atau ke
bidan desa. dan ibu pasien selalu mendapatkan imunisasi (TT) sebanyak 4x dalam
9 bulan, Trimester I = 1x , Trimester II = 1x , Trimester III = 2x.
2.
Masa
intranatal
Ibu pasien melahirkan secara normal dan spontan dibantu oleh bidan kampung, waktu melahirkan
tidak terdapat kelainan, ibu pasien melahirkan 9 bulan 5 hari.
3.
Masa
post – natal
Pasien lahir dengan berat badan 3,000 gram dan pada saat pasien lahir
langsung menangis.
- Pengatahuan Orang Tua
1.
Tentang
makanan sehat
Orang tua pasien memberikan makanan bubur instant kepada pasien tetapi
pasien tidak menyukai makanan tersebut. Pasien hanya menyukai makanan nasi dan
kue.
2.
Tentang
personal hygiene
Orang tua pasien mengetahui tentang personal hygiene terutama tentang
kebersihan anaknya, orang tua pasien memandikan di rumah 2x / hari mandi pakai
sabun, memotong kuku 2x/ seminggu, menggosok gigi pasien.
3.
Imunisasi
Ibu mengatakan kalau pasien tidak mendapatkan imunisasi lengkap karena
pada waktu imunisasi pasien sedang sakit.
-
Polio
I , Hepatitis B I 1x
-
Polio
II , Hepatitis BI 1x
-
Campak
1x
-
BCG
1x
- Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pasien tampak lemah.kesadaran compos mentis GSC : 45
G
TD
: 170/100
mmHg
TB
/ BB : 155 Cm
/ 40 Kg
BB
saat pengkajian : 39 Kg
Pols
: 48 x /
M+
Temp :
37,7 °C
2.
Keadaan
Gizi Anak ;
Gizi
Pasien kurang baik,dilihat dari BB anak,
BB
: 40 Kg ( SMRS ) BB sekarang : 39 Kg
5.
Aktivitas
Pasien kelihatan lemah,hanya berbaring saja,tidak dapat berjalan dan
berdiri karena terpasang infus RL 10 tts / mt.terpasang kanul O2 3 L/mnt
6.
Kepala dan Leher
Bentuk semetris, tidak ada luka / lecet. Pertumbuhan rambut merata dan
bentuk rambut lurus, Pasien dapat
menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan limpfe usus normal dan keadaan kepala bersih.
7. Mata ( Penglihatan )
Bentuk simetris, bola mata dapat di gerakkan kesegala arah, konjungtiva tidak
anemis,sclera tidak ikterius, tetapi terdapat kotoran pada mata, ketajaman
penglihatan baik, mata tampak cekung dan tidak terdapat peradangan.
8.
Telinga ( Pendengaran )
Bentuk simetris, Pasien dapat mendengar dgn baik. Tidak terdapat
kotoran dalam telinga, tidak ada peradangan dan tidak ada cairan yang keluar
dari telinga.
9.
Hidung ( Penciuman )
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik dan tak adanya kotoran dalam
hidung, tidak ada kelainan pada hidung.
10.
Mulut ( Pencekapan )
Bentuk bibir tipis, tidak ada perdarahan dan peradangan. Mokusa bibir
tampak kering, keadaan mulut bersih.
11.
D a d a ( Pernafasan )
Bentuk permukaan dada simetris, pernapasan cepat frekuensi pernapasan
48 x /mt.
12.
Kulit
Turgor kulit jelek ( tidak kembali dalam 2 detik ). Tidak ada luka/
lesi. Suhu tubuh 37,7° C warna kulit
putih tak ada sianosis.
13.
Abdomen
Tidak ada luka / perdarahan, turgor abdomen jelek ( tak kembali dalam 2
detik ).
14.
Ekstremitas atas dan bawah
Untuk ekstremitas atas : bentuk simetris, tdk ada luka / fraktur dan
terpasang infus Rl 20 tts/ menit yang menyebabkan keterbatasan gerak.
Untuk Ekstremitas bawah : bentuk semetris, tidak ada luka / faktur pada
ekstrimitas bawah, dan tidak ada kekakuan sandi.
15.Genetalia
Jenis kelamin pasien perempuan, genetalia bersih dan tidak terdapat lecet
pada bokong.
-
Pola makan dan minum
Di rumah : pasien biasanya makan 3x sehari hari pasien makan ikan dan minum
air putih dan teh manis.
Di RS : pasien hanya makan bubur nasi 1-2 sendok.
Pasien sering minum air putih dan teh manis, pasien masih minum ASI dan sering
merasa haus.
- Pola Eliminasi
-
BAB
-
Di
rumah : pasien BAB ±1x/ hari dan konsistesi padat lunak
-
Di
RS : pasien BAB ± 2x/ hari konsistensi cair berampas
-
BAK
-
Di
rumah : pasisen BAK antara 3-5x/hari berwarna kuning pekat.
-
Di
RS : pasien BAK 3-4x/hari
- Persentase Kehilangan Cairan
Penggolongan
derajat dehidrasi :
Pasien
termauk ehidrasi sedang ditandai dengan BAB cair berampas 2x/hari, sering
merasa haus, lemah serta mata cekung, mukosa mulut tampak kering, turgor kulit
jelek.
- Terapi Yang Didapatkan Di RS
Terapi yang diberikan pada penderita berupa
perawatan di ruang intensif, pengawasan tanda vital terutama tekanan darah,
oksigenasi, infus RL, pembatasan aktivitas, diet rendah garam dan cukup
protein, Amoksisilin 50 mg/kgBB, 3 x 1 selama 10 hari, obat anti hipertensi :
Captopril 0,3 mg/kgBB 2 x 1, Furosemid 1-3 mg/kgBB 1 x1, Parasetamol 10
mg/kgBB.
- Prosedur Diagnostik
Hasil
pemeriksaan feses
Makroskopis : Mikroskopis :
Warna
: kuning Lekosit : -
Konsistensi : lembek Eritrosit ; +
Darah : - Amoeba : -
Lender :
- Bakteri :
+ (penuh)
Lain-lain : + (lembek)
A.
PATHWAY KEPERAWATAN
Potensial Infeksi Reaksi Antigen dan Antibodi
(Streptokokus A)
Vasospasme Pembuluh Proliferasi sel dan Kerusakan
Darah Glomerulus
Hipertensi GFR menurun
Kerusakan
Memran Kapiler
|
|
|
|
|
|||||||
|
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan urine
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan penurunan kebutuhan metabolik
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan edema dan menurunnya tingkat antivitas
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
fatigue (kelelahan) dan tirah baring.
5. Nyeri akut (sakit kepala dan pusing)
berhubugan dengan gangguan perfusi darah otak sekunder terhadap hipertensi.
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan.
C. INTERVENSI
1. DX I
NOC:
Keseimbangan Cairan
Tujuan:
Status cairan pasien dapat dipertahankan secara seimbang.
Kriteria
hasil:
a. Pengeluaran urine 1-2 ml/KgBB/jam
b. Tekanan darah dalam batas normal
c. Tidak ada edema
d. Berat jenis urine normal
e. Berat badan stabil
Ket
Skala:
1
= Tidak pernah menunjukkan
2
= Jarang menunjukkan
3
= Kadang menunjukkan
4
= Sering menunjukkan
5
= Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Cairan
a. Monitor intake dan output
b. Kaji edema
c. Timbang berat badan
d. Monitor tekanan darah setiap 4 jam
e. Pembatasan cairan dan sodium sesuai
program
2. DX II
NOC:
Status nutrisi
Tujuan:
Pasien dapat mempertahankan intake (masukan) yang adekuat
Kriteria
hasil:
a. Stamina
b. Tenaga
c. Kekuatan menggenggam
d. Daya tahan tubuh
Ket
Skala:
1
= Tidak pernah menunjukkan
2
= Jarang menunjukkan
3
= Kadang menunjukkan
4
= Sering menunjukkan
5
= Selalu menunjukkan
NIC:
Manajemen Nutrisi
a. Timbang berat badan tiap hari
b. Kaji membran mukosa dan turgor kulit
setiap hari untuk monitor hidrasi
c. Pertahankan pembatasan sodium dan cairan
sesuai program pemeriksaan protein sesuai program.
d. Makanan dengan rendah protein.
e. Memilih posisi saat makan yang sesuai
dengan keinginan anak.
3. DX III
NOC:
Integritas Jaringan
Tujuan:
keutuhan kulit pasien dapat dipertahankan
Kriteria
Hasil:
a. Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembapan kulit serta perawatan alami
Ket
Skala:
1
= Tidak pernah menunjukkan
2
= Jarang menunjukkan
3
= Kadang menunjukkan
4
= Sering menunjukkan
5
= Selalu menunjukkan
NIC:
Manajemen Tekanan (Pressure)
a. Kaji edema dan tinggikan ekstremitas jika
“pitting” edema ada.
b. Kaji tanda dan gejala potensial atau
aktual kerusakan kulit.
c. Pertahankan kebersihan perseorangan: mandi
setiap hari, penggunaan pelembab kulit dan ganti tenun setiap hari.
d. Rubah posisi setiap 2 jam jika
memungkinkan.
e. Penggunaan matras yang lembut.
4. DX IV
NOC:
Konservasi energi
Tujuan:
Kebutuhan istirahat pasien terpenuhi
Kriteria
Hasil:
a. Istirahat dan aktivitas seimbang
b. Tidur siang
c. Mengetahui keterbatasan energinya
d. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi
resiko.
Ket
Skala:
1
= Tidak pernah dilakukan
2
= Jarang dilakukan
3
= Kadang dilakukan
4
= Sering dilakukan
5
= Selalu dilakukan
NIC:
Terapi Aktivitas
a. Kaji pola aktivitas dan tidur selama
hospitalisasi
b. Tirah baring selama 2-3 minggu
c. Atur jadwal aktivitas yang tidak
menyebabkan gangguan istirahat tidur.
d. Berikan aktivitas bermain yang sesuai
dengan tingkat energi anak
e. Bantu anak untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
5. DX V
NOC:
Kontrol Nyeri
Tujuan:
Rasa nyeri (sakit kepala dan pusing) pasien berkurang
Kriteria
Hasil:
a. Mengenali faktor penyebab
b. Menggunakan metode pencegahan
c. Mengenali gejala-gejala nyeri
d. Mencari bantuan tenaga kesehatan
Ket
Skala:
1
= Tidak pernah dilakukan
2
= Jarang dilakukan
3
= Kadang dilakukan
4
= Sering dilakukan
5
= Selalu dilakukan
NIC:
Manajemen Nyeri
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri
(lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan
beratnya nyeri).
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dan
ketidaknyamanan
c. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi,
terapi bermain, terapi aktivitas)
d. Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga
e. Anjurkan istirahat yang cukup.
6. DX VI
NOC:
Kontrol Cemas
Tujuan:
Kecemasan pasien dan orang tua menurun
Kriteria
Hasil:
a. Memonitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika
cemas
c. Mencari informasi lingkungan ketika cemas
d. Merencanakan strategi koping
Ket
Skala:
1
= Tidak pernah dilakukan
2
= Jarang dilakukan
3
= Kadang dilakukan
4
= Sering dilakukan
5
= Selalu dilakukan
NIC:
Penurunan Kecemasan
a. Kaji tanda dan gejala kecemasan
b. Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan dan
jawab pertanyaan dengan jelas dan jujur.
c. Jelaskan kepada keluarga mengenai
pengetahuan tentang penyakit anak dan rencana pengobatannya.
d. Ajarkan dan ijinkan orang tua untuk
berpartisipasi dalam perawatan anak.
e. Libatkan anak dalam aktivitas permainan
yang sesuai dengan kondisi dan usia.
D. EVALUASI
DX
|
Kriteria Hasil
|
Ket Skala
|
I
|
a.
Pengeluaran
urine 1-2 ml/KgBB/jam
b.
Tekanan
darah dalam batas normal
c.
Tidak
ada edema
d.
Berat
jenis urine normal
e.
Berat
badan stabil
|
3
5
5
3
5
|
II
|
a.
Stamina
b.
Tenaga
c.
Kekuatan
menggenggam
d.
Daya
tahan tubuh
|
3
3
3
3
|
III
|
a.
Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
b.
Tidak
ada luka atau lesi pada kulit
c.
Perfusi
jaringan baik
d.
Mampu
melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami
|
4
5
5
3
|
IV
|
a.
Istirahat
dan aktivitas seimbang
b.
Tidur
siang
c.
Mengetahui
keterbatasan energinya
d.
Mengubah
gaya hidup untuk mengurangi resiko.
|
4
4
5
5
|
V
|
a.
Mengenali
faktor penyebab
b.
Menggunakan
metode pencegahan
c.
Mengenali
gejala-gejala nyeri
d.
Mencari
bantuan tenaga kesehatan
|
3
3
2
4
|
VI
|
a.
Memonitor
intensitas kecemasan
b.
Menurunkan
stimulasi lingkungan ketika cemas
c.
Mencari
informasi lingkungan ketika cemas
d.
Merencanakan
strategi koping
|
1
2
2
3
|
DAFTAR
PUSTAKA
Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Jakarta: EGC.
Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
untuk Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. St. Louis
Missouri: Mosby INC.
Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Mc. Closkey, cjuane, dkk. 1996. NIC.
St.Louis missouri: Mosby INC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta: EGC.
Sacharin, Rosa M. 1999. Prinsip Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: ECG.
Santosa Budi. 2006. Panduan Diagnosa
Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Anak.
Jakarta: PT. Fajar Luterpratama.
Http://www.google.com.
(Glomerulo Nefritis Akut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar